Link Download dalam format .doc (word) dibagian bawah text .
A.
DEFINISI
Angina pektoris adalah suatu
sindroma kronis dimana pasien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu
seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan
sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti (Wijaya & Putri, 2013).
Angina pektoris adalah suatu
syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang berulang di dada dan daerah
lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh iskemia miokard tetapi
tidak sampai terjadi kematian jaringan (Kasron, 2012).
Angina pektoris merupakan nyeri dada
sementara atau suatu perasaan tertekan, yang terjadi jika otot jantung
mengalami kekurangan oksigen. Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh
bertanya kerja jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung). Aktivitas fisik
dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan
meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri menyempit atau
tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung
akan oksigen, maka bisa terjadi kekurangan oksigen dapat menyebabkan nyeri
(Kasron, 2012).
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri pembuluh jantung.
B. ETIOLOGI
1. Faktor penyebab angina pectoris antara lain:
a) Arteriosklerosis
b) Spasme arteri pembuluh jantung
c) Anemia berat
d) Artritis
e) Aorta Insufisiensi: stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta),
regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta).
f) Stenosis subaortik hipertrofik
g) Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara
tiba-tiba)
2. Faktor risiko terjadinya angina pectoris antara lain:
a) Dapat diubah (dimodifikasi)
1) Diet (hyperlipidemia)
2) Rokok
3) Hipertensi
4) Stress
5) Obesitas
6) Kurang aktifitas
7) Diabetes Mellitus
8) Pemakaian kontrasepsi oral
b) Tidak dapat diubah
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Herediter
3 . Faktor pencetus serangan angina
Faktor
pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
a) Emosi
b) Stress
c) Kerja fisik terlalu berat
d) Hawa terlalu
panas dan lembab
e) Terlalu kenyang
f) Banyak perokok
( Kasron,
2012)
C. Klasifikasi
- Angina Pektoris Stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri coroner yang
arteroskelrotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu
kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai
aktivitas misalnya berolahraga atau naik tangga. Awitan secara klasik berkaitan
dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.
Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas. Durasi nyeri
3-15 menit.
2.
Angina
Pektoris Tidak Stabil
Angina tidak stabil adalah kombinasi angina stabil dengan angina
prinzmetal, dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri pembuluh
jantung. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini
tampaknya terjadi akibat arterosklerosis pembuluh jantung, yang ditandai oleh
thrombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme. Adurasi serangan dapat timbul
lebih lama dari nyeri dada stabil. Pencetus dapat terjadi pada keadaan
istirahat atau pada tingkat aktifitas ringan. Kurang responsive terhadap
nitrat. Lebih sering ditemukan depresisegmen ST. Dapat disebabkan oleh rupture
plak aterosklerosis, spasmus, thrombus atau trombosit yang beragregasi.
- Angina Prinzmental (Angina Varian)
Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan
risiko tinggi terjadinya infark. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu
istirahat, seringkali pagi hari. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh
jantung aterosklerotik. EKG menunjukkan elevasi segmen ST. Cenderung
berkembang menjadi infark miokard akut. Dapat terjadi aritmia (Kasron, 2012)
F. Pemeriksaan Penunjang
- Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan
EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi risiko pasien
angina tak stabil. Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan
adanya iskemia akut. Gelombang T negative juga salah satu tanda iskemia atau
NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang non spesifik seperti depresi segmen
ST kurang dari 0,5 mm dan gelombang T negative kurang dari 2 mm, tidak spesifik
untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tak stabil 4%
mempunyai EKG normal, dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga normal (Perhimpunan Dokter
Spesialis Ilmu Penyakit Dalam, 2012)
- Ekokardiografi
Pemeriksaan
ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis angina tak stabil secara
langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya
insufisiensi mitral dan abdominalis gerakan dinding regional jantung,
menandakan prognosis kurang baik (Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit
Dalam, 2012).
- Foto Rontgen Dada
Foto rontgen
dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya
klasifikasi arkus aorta (Kasron, 2012).
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris.
Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung
akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim
tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya
masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor risiko seperti
hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes
mellitus yang juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris (Kasron,
2012).
- Uji Latihan Jasmani
Karena pada
angina pectoris gambaran EKG sering kali masih normal, maka seringkali perlu
dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu
istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau
sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG
terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST
sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila
disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu
serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris. Di
tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan
dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut (Kasron, 2012).
- Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan
ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah
sensitifitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201 disuntikkan secara
intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung
segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali normal. Bila ada
kekurangan oksigen maka akan tampak cold spot pada daerah yang menderita
kekurangan oksigen pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien
istirahat. Pemeriksan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita
kekurangan oksigen (Kasron, 2012)
H. Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Biodata
pasien
b.
Riwayat
kesehatan dahulu
1) Riwayat serangan jantung sebelumnya
2) Riwayat penyakit pernafasan kronis
3) Riwayat penyakit hipertensi, DM dan ginjal
4) Riwayat perokok
5) Diet rutin dengan tinggi lemak
c.
Riwayat
kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga penyakit jantung, DM,
hipertensi, stroke dan penyakit pernafasan (asma).
d.
Riwayat
kesehatan sekarang
1) Faktor pencetus yang paling sering menyebabkan
angina adalah kegiatan fisik, emosi yang berlebihan atau setelah makan.
2) Nyeri dapat timbul mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktivitas).
3) Kualitas nyeri: sakit dada dirasakan di daerah
midsternal dada anterior, substernal prekordial, rasa nyeri tidak jelas tetapi
banyak yang menggambarkan sakitnya seperti ditusuk-tusuk, dibakar ataupun
ditimpa benda berat/tertekan.
4) Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan
dan jari tangan kiri, lokasinya tidak tentu seperti epigastrium, siku rahang,
abdomen, punggung dan leher,
5) Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit
seperti: mual, muntah keringat dingin, berdebar-debar, dan sesak nafas.
6) Waktu atau lamanya nyeri: pada angina tidak
melebihi 30 menit dan umumnya masih respon dengan pemberian obat-obatan anti
angina, sedangkan pada infark rasa sakit lebih 30 menit tidak hilang dengan
pemberian obat-obatan anti angina, biasanya akan hilang dengan pemberian
analgesic.
e.
Pemeriksaan
fisik
1)
Keadaan umum
a) Tekanan darah dapat normal, meningkat ataupun menurun.
b) Heart rate/nadi dapat terjadi bradikardi/takikardi,
kuat/lemah, teratur ataupun tidak.
c) Respirasi meningkat
d) Suhu dapat
normal ataupun meningkat
2) Kepala
a) Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun
b) Tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis, merintih.
c) Terdapat/tidak nyeri pada rahang.
3) Leher
a) Tampak distensi vena jugularis
b) Terdapat/tidak nyeri pada leher
4) Thorak
a) Bunyi
jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan gangguan katup
jantung atau disfungsi otot papilar, perikarditis.
b) Irama jantung dapat normal/teratur atau tidak
c) Paru-paru: suara nafas bersih/ teratur tapi bisa juga tidak
d) Terdapat
batuk dengan atau tanpa produksi sputum
e) Terdapat sputum bersih, kental ataupun berwarna merah muda
5) Abdomen
a) Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik/ulu hati
b) Bising usus normal/menurun
6) Ekstremitas
a) Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin
b) Terdapat edema perifer atau edema umum
c) Kelemahan atau kelelahan
d) Pucat atau
sianosis, kuku datar, pucat pada membrane mukosa dan bibir
7) Respon psikologis
a) Gelisah/cemas,
seperti takut mati, khawatir dengan keluarga, kerja dan keuangan.
b) Depresi,
menarik diri dan kontak mata kurang
c) Denial, menyangkal dengan sakitnya dan marah
8) Pemeriksaan diagnostic
a) EKG
(1) Monitor EKG
terdapat aritmia
(2) Rekam EKG
lengkap terdapat T inverted/iskemik, segmen ST elevasi ataupun depresi dan
gelombang Q, patologis ini menunjukkan telah terjadi nekrosis.
b) Thorak foto
(1) Mungkin
normal/menunjukkan pembesaran jantung diduga gagal jantung kongestif.
(2) Terdapat
stenosis aorta
(3) Penyakit
paru lainnya seperti bronchitis/TBC
c) Laboratorium
(1) Kolesterol/trigliserida
serum: meningkat menunjukkan risiko IHD dimana terjadi peningkatan kadar
kolesterol merupakan pemicu terbentuknya aterosklerosis yang merupakan sebagai
penyebab infark. LDH meningkat dalam 12-14 jam, memuncak dalam 24-48 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal.
(2) Enzim
jantung dan iso enzim: CK, CK-MB (iso enzim yang ditemukan pada otot jantung)
meningkat antara 4 – 6 jam, memuncak dalam 12 – 24 jam, kembali normal
dalm 36 – 48 jam. CK-MB serig dijadikan sebagai indicator AMI, sebab diproduksi
hanya saat terjadi kerusakan jaringan miokardium.
(3) Elektrolit:
ketidakseimbangan dapat memengaruhi konduksi dan kontraktilitas, seperti
hipokalemia/hiperkalemia.
(4) Sel darah
putih: leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari kedua setelah
infark, sehubungan dengan proses inflamasi.
(5) Analisa gas
darah/oksimetri nadi: dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru
akut/kronis.
(6) Kimia:
mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi/perfusi organ akut/kronik.
(Wijaya
& Putri, 2013)
2. Diagnosa
Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan
iskemik miokardium.
b) Penurunan curah jantung
berhubungan dgn perubahan inotropik (iskemia miokard transien/memanjang)
c) Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan serangan iskemia otot jantung, berkurangnya curah jantung.
d) Ansietas berhubungan dengan respon
patofisiologis dan ancaman terhadap status kesehatan.
e) Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
(Nanda, 2014)
3.
Rencana Keperawatan (Doengoes,
2014)
1. NYERI
AKUT BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK MIOKARDIUM
|
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/ teratasi
Kriteria
hasil : Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien melaporkan
episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Anjurkan pasien untuk
memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
|
Nyeri dan penurunan curah
jantung dpat merangsang sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah
besar nor epineprin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan mengeluarkan
trombokxane A2.Nyeri tidak bisa ditahan menyebabkan respon vasovagal,
menurunkan TD dan frekuensi jantung.
|
Identifikasi terjadinya
faktor pencetus, bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi
nyeri.
|
Membantu membedakan nyeri
dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil
(angina stabil biasanya berakhir 3 sampai 5 menit sementara angina tidak
stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit.
|
Evaluasi laporan nyeri pada
rahang, leher, bahu, tangan atau lengan (khusunya pada sisi kiri.
|
Nyeri jantung dapat menyebar
contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal
yang sama.
|
Letakkan pasien pada
istirahat total selama episode angina.
|
Menurunka kebutuhan oksigen
miokard untuk meminimalkan resiko cidera jaringan atau nekrosis.
|
Tinggikan kepala tempat
tidur bila pasien napas pendek
|
Memudahkan pertukaran gas
untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang
|
Pantau kecepatan atau irama
jantung
|
Pasien angina tidak stabil
mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup secara akut, yang
terjadi pada respon terhadap iskemia dan atau stress
|
Panatau tanda vital tiap 5
menit selama serangan angina
|
TD dapat meningkat secara
dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung
dipengaruhi.
|
Pertahankan tenang ,
lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu
|
Stres mental atau emosi
meningkatkan kerja miokard
|
Berikan makanan lembut.
Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan
|
Menurunkan kerja miokard
sehubungan dengan kerja pencernaan, manurunkan risiko serangan angina
|
Kolaborasi:
Berikan
antiangina sesuai indikasi: nitrogliserin: sublingual
|
Nitrigliserin mempunyai
standar untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina selam lebih dari 100 tahun
|
2. PENURUNAN
CURAH JANTUNG BERHUBUNGAN DGN PERUBAHAN INOTROPIK (ISKEMIA MIOKARD
TRANSIEN/MEMANJANG)
|
|
Tujuan: Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah jantung.
Kriteria
hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia
menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada
perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Pantau tanda vital, contoh
frekuensi jantung, tekanan darah.
|
Takikardi dapat terjadi
karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga
terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung
|
Evaluasi status mental,
catat terjadinya bingung, disorientasi.
|
Menurunkan perfusi otak
dapat menghasilkan perubahan sensorium.
|
Catat warna kulit dan adanya
kualitas nadi
|
Sirkulasi perifer menurun
bila curah jantung turun, membuat kulit pucat dan warna abu-abu (tergantung
tingkat hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi perifer
|
Mempertahankan tirah baring
pada posisi nyaman selama episode akut
|
Menurunkan konsumsi oksigen
atau kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi
|
Berikan periode istirahat
adekuat. Bantu dalam atau melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai indikasi
|
Penghematan energy,
menurunkan kerja jantung.
|
Pantau dan catat efek atau
kerugian respon obat, catat TD, frekuaensi jantung dan irama (khususnya bila
memberikan kombinasi antagonis kalsium, betabloker, dan nitras)
|
Efek yang diinginkan untuk
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan stress ventricular.
Obat dengan kandungan inotropik negative dapat menurunkan perfusi terhadap
iskemik miokardium. Kombinasi nitras dan penyekat beta dapat memberi efek
terkumpul pada curah jantung.
|
Kaji tanda-tanda dan
gejala-gejala GJK
|
Angina hanya gejalab
patologis yang disebabkan oleh iskemia miokard.penyakit yang emepengaruhi
fungsi jantung emnjadi dekompensasi.
|
Kolaborasi :
Berikan
obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem);
nifedipin (procardia); verapamil(calan).
|
Meskipun berbeda pada bentuk
kerjanya, penyekat saluran kalsium berperan penting dalam mencegah dan
menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan
vaskuler, sehingga menurunkan TD dan kerja jantung.
|
Penyakit beta, contoh
atenolol (tenormin); nadolol (corgard); propanolol (inderal); esmolal
(brebivbloc).
|
Obat ini menurunkan kerja
jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan TD sistolik.
|
3. INTOLERANSI
AKTIFITAS BERHUBUNGAN DENGAN SERANGAN ISKEMIA OTOT JANTUNG, BERKURANGNYA
CURAH JANTUNG.
|
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria
hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji respons klien terhadap
aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas
frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas;
dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan;
diaphoresis; pusing atau pingsan.
|
Menyebutkan parameter
membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila
ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.
|
Instruksikan pasien tentang
teknik penghematan energi.
|
Teknik menghemat energi
mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
|
Berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan
bantuan sesuai kebutuhan.
|
Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya
sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
|
4. ANSIETAS
BERHUBUNGAN DENGAN RESPON PATOFISIOLOGIS DAN ANCAMAN TERHADAP STATUS
KESEHATAN.
|
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai
tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria
hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai,
pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah,
pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan tujuan tes dan
prosedur, contoh tes stress.
|
Menurunkan cemas dan takut
terhadap diagnose dan prognosis.
|
Tingkatkan ekspresi perasaan
dan takut,contoh menolak, depresi, dan marah.
|
Perasaan tidak ekspresikan
dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri.
|
Dorong keluarga dan teman
untuk menganggap pasien sebelumnya.
|
Meyakinkan pasien bahwa
peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.
|
Kolaborasi : berikan
sedative, tranquilizer sesuai indikasi
|
Mungkin diperlukan untuk
membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi
koping adekuat.
|
5. KURANG
PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI KODISI, KEBUTUHAN PENGOBATAN
BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA INFORMASI.
|
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria
hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan,
berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji ulang patofisiologi
kondisi. Tekankan perlyunya mencegah serangan angina.
|
Pasien dengan angina
membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat dikontrol. Ini
adalah focus manajemen terapeutik supaya menurunkan infark miokard.
|
Dorong untuk menghindari
faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina, contoh: stress
emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpajan pada suhu
lingkungan yang ekstrem
|
Dapat menurunkan insiden
/beratnya episode iskemik.
|
Kaji pentingnya control
berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan olahraga.
|
Pengetahuan faktor resiko
penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan.
|
Tunjukan/dorong pasien untuk
memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas sederhana, hindari
regangan.
|
Membiarkan pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk menghindari stress
jantung dan tetap dibawah ambang angina.
|
Diskusikan langkah yang
diambil bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan aktivitas,
pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.
|
Menyiapkan pasien pada
kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa yang harus
dilakukan bila terjadi serangan.
|
Kaji ulang obat yang
diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan angina.
|
Angina adalah kondisi rumit
yang sering memerlukan penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung,
memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya serangan.
|
Tekankan pentingnya mengecek
dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual bebas.
|
Obat yang dijual bebas
mempunyai potensi penyimpangan.
|
DAFTAR PUSTAKA
·
NANDA International. 2014. Diagnosis
Keperawatan 2012-2014 (Definisi dan Klasifikasi). Jakarta: EGC
·
Doengoes, Marilyn. 2014. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
·
Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 1. Yogyakarta: Nuha Medika
·
Perhimpunan Dokter Spesialis
Ilmu Penyakit Dalam. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Interna Publishing
· Kasron. 2012
Laporan Pendahuluan Angina Pektoris (KMB) ----> di sini
Binggung cara download Klik disini -----> tutor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar